Jenis-Jenis Permainan Tradisional
Masyarakat Melayu RIAU
Gasing
merupakan
permainan tradisional masyarakat Melayu Riau yang sampai saat
ini masih eksis meski pengaruh modernisasi terus menerpa sesuai dengan
perkembangan zaman. Gasing
merupakan sejenis permainan yang boleh berputar pada paksinya sambil mengimbang
pada satu titik. Gasing merupakan permainan tradisional orang-orang Melayu
sejak dahulu. Menurut Wikipedia
Indonesia, gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan
berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang
ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali.
Gasing dibuat dari kayu bebaru, kemuning, merbau, rambai,
durian atau kundang. Kayu tersebut akan dikikis sehingga menjadi bentuk gasing.
Tali gasing dibuat dari kulit pokok bebaru. Tapi sekarang tali gasing dibuat
dari tali nilon. Panjang tali gasing biasanya bergantung kepada panjang tangan
seseorang, umumnya panjangnya 1 meter. Minyak kelapa digunakan untuk melicinkan
pergerakan tali gasing. Gasing merupakan salah satu permainan tradisional
Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti. Di
wilayah Pulau Natuna, Kepulauan Riau,
permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Sedangkan di
Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak 1930-an. Permainan ini dilakukan
oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang
kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara
perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut
kebiasaan di daerah masing-masing. Hingga kini, gasing masih sangat populer
dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Riau rutin
menyelenggarakan kompetisi. Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat
pergantian musim hujan ke musim kemarau. Masyarakat Bengkulu ramai-ramai
memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.
Membuat Gasing
Kayu
yang paling sesuai adalah merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau
johol dan merbau keradah, ianya mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih. Selain
itu kayu leban tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga menjadi
pilihan. Jenis kayu yang mudah didapati seperti manggis, jambu batu, ciku atau
asam jawa sering digunakan untuk membuat gasing.
Cara Bermain
Gasing
dimainkan dengan dua cara, yaitu sebagai gasing pangkah atau gasing uri. Gasing
pangkah, dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan. Gasing
uri dipertandingkan untuk menguji ketahanannya berputar.
Gasing
pinang dimainkan oleh kanak-kanak.
Untuk
memutar gasing, tali setebal 1.75 cm dan sepanjang 3 hingga 5 meter dililitkan
pada jambulnya hingga meliputi seluruh permukaan gasing. Kemudian gasing itu
dilemparkan ke atas tanah dan serentak dengan itu tali yang melilit jambuhnya
direnggut.
Beragam nama gasing
Sejumlah
daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing. Masyarakat Jawa Barat
dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung
menamainya pukang, warga Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di
Maluku disebut Apiong dan di Nusatenggara Barat dinamai Maggasing. Hanya masyarakat
Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang menyebut
gasing.
Nama
maggasing atau aggasing juga dikenal masyarakat bugis di Sulawesi Selatan.
Sedangkan masyarakat Bolaang Mangondow di daerah Sulawesi Utara mengenal gasing
dengan nama Paki. Orang jawa timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan
di Yogyakarta, gasing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu
disebut gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon.
Bentuk gasing
Gasing
memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada yang bulat lonjong, ada yang
berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti
piring terbang. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki
(paksi). Namun, bentuk, ukuran danbgain gasing, berbeda-beda menurut daerah
masing-masing.
Gasing
di Ambon (apiong) memiliki kepala dan leher. Namun umumnya, gasing di Jakarta
dan Jawa Barat hanya memiliki bagian kepala dan paksi yang tampak jelas,
terbuat dari paku atau logam. Sementara paksi gasing natuna, tidak nampak.
Permainan gasing
Cara
memainkan gasing, tidaklah sulit. Yang penting, pemain gasing tidak boleh
ragu-ragu saat melempar gasing ke tanah.
Cara:
1.Gasing
di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.
2.Lilitkan
tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing. lilit
kuat lalu putar.
Nilai Budaya
Dalam
permainan ini di butuhkan konsentrasi yang tinggi untuk dapat memutar gasing
dengan waktu yang lama.
2
Permainan Congklak
Main Congkak merupakan salah satu permainan rakyat
Melayu yang biasanya dimainkan oleh
kalangan wanita dewasa dan anak-anak perempuan.Permainan ini bersifat umum bagi
masyarakat dan terdapat di seluruh
daerah yang ada di Kepulauan Riau.main
Congkak hanyalah suatu permainan pengisi waktu senggang,yang dimainkan sekedar
untuk menghibur diri.permainan tersebut tidak ada hubungan dengan upacara adat
atau dari kepercayaan masyarakat setempat.
Rumah Congkak disebut juga papan
congkak.Alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada juga yang berbahan dasar
plastik .Pada bagian atas papan congkak, terdapat 16 buah lubang dengan ukuran
50 x 20 cm dan tebalnya 8 cm.Buah atau biji congkak terdiri dari batu-batu
kecil sebesar kelingking dan yang paling sering dipakai adalah kulit
kucing-kucing, yakni sejenis siput kecil yang hidup di pasir pantai.

Nilai Budaya: Keseriusan dan
konsentrasi

Asal
Usul
Permainan
Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di
daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah
permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah
melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan
tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada
lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan
oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara. Kepalan
tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika
mengucapkan kata “merdeka”. Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan
itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan
dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari
nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman
penjajahan. Sebenarnya di daerah lain indonesia juga banyak di temukan
permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misal dengan nama Lompat Tali,
Lompatan dll
Pemain
Pemain tali merdeka ini berjumlah 3--10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh kaum perempuan yang masih berusia antara 7--15 tahun. Kaum perempuan yang telah berumur lebih dari 15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain, biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala saja ikut serta.
Tempat Permainan
Pemain tali merdeka ini berjumlah 3--10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh kaum perempuan yang masih berusia antara 7--15 tahun. Kaum perempuan yang telah berumur lebih dari 15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain, biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala saja ikut serta.
Tempat Permainan
Permainan ini tidak
membutuhkan tempat yang luas. Oleh karena itu, dapat dimainkan di mana saja dan
kapan saja, seperti: di halaman sekolah (pada waktu istirahat) dan di halaman
rumah.
Peralatan Permainan
Peralatan Permainan
Peralatan yang
digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang.
Cara menganyamnya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah
karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3--4 meter. Karet-karet
tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar
tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan
berat (gram, ons, dan kilo). Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat
plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya
yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika
dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu
membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet yang
disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus oleh anggota
tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet dianyam dengan
menyambungkan 3--4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan
dapat dipakai berkali-kali.
Aturan
Permainan
Permainan tali merdeka
tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian
tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap
menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal
sewaktu melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali
hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya. Ada beberapa
ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu: (1) tali berada pada
batas lutut pemegang tali; (2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu
melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia
akan menggantikan posisi pemegang tali; (3) posisi tali berada di dada pemegang
tali (pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali
sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat);
(4) posisi tali sebatas telinga; (5) posisi tali sebatas kepala; (6) posisi
tali satu jengkal dari kepala; (7) posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8)
posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.
Proses
Permainan
Sebelum
permainan diadakan, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan
menjadi pemegang tali dengan jalan gambreng dan suit. Gambreng dilakukan dengan
menumpuk telapak tangan masing-masing peserta yang berdiri dan membentuk sebuah
lingkaran. Kemudian, secara serentak tangan-tangan tersebut akan diangkat dan
diturunkan. Pada saat diturunkan, posisi tangan akan berbeda-beda (ada yang
membuka telapak tangannya dan ada pula yang menutupnya). Apabila yang terbanyak
adalah posisi telapak terbuka, maka yang memperlihatkan punggung tangannya
dinyatakan menang dan gambreng akan diulangi lagi hingga nantinya yang tersisa
hanya tinggal dua orang peserta yang akan menjadi pemegang tali. Kedua orang
tersebut nantinya akan melakukan suit, untuk menentukan siapa yang terlebih
dahulu akan menggantikan pemain yang gagal ketika melompat. Suit adalah adu
ketangkasan menggunakan jari-jemari tangan, khususnya ibu jari, jari telunjuk
dan jari kelingking. Ibu jari dilambangkan sebagai gajah, jari telunjuk sebagai
manusia dan jari kelingking sebagai semut. Apabila ibu jari beradu dengan jari
telunjuk, maka ibu jari akan menang, karena gajah akan menang jika bertarung
dengan seorang manusia. Namun apabila ibu jari beradu dengan jari kelingking,
maka ibu jari akan kalah, sebab semut dapat dengan mudah memasuki telinga
gajah, sehingga gajah akan kalah. Sedangkan apabila jari kelingking beradu
dengan jari telunjuk, maka jari kelingking akan kalah, sebab semut akan kalah
dengan manusia yang mempunyai banyak akal.
Setelah
semuanya siap, maka satu-persatu pemain akan melompati tali dengan berbagai
macam tahap ketinggian yang telah disebutkan di atas. Pada
ketinggian-ketinggian yang sebatas lutut dan pinggang, umumnya para pemain
dapat melompatinya, walaupun pada ketinggian tersebut tali tidak boleh
tersentuh tubuh pemain. Pada tahap ketinggian yang sebatas dada hingga satu
jengkal di atas kepala, mulai ada pemain yang merasa kesulitan untuk
melompatinya. Pergantian pemegang tali mulai banyak terjadi pada saat
ketinggian tali sebatas hingga dua jengkal di atas kepala. Tahap yang paling
sulit adalah ketika tali berada seacungan hasta pemegangnya. Pada tahap
ketinggian seperti ini, pada umumnya hanya pemain-pemain yang memiliki postur
tubuh yang tinggi dan atau sering bermain tali merdeka saja yang dapat
melompatinya. Agar mempermudah lompatan, pemain juga boleh melakukan gerakan
berputar menyamping, yang jika diamati akan nampak seperti perputaran
baling-baling. Gerakan berputar pada umumnya dilakukan oleh anak laki-laki.
Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menurunkan tali terlebih dahulu
sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain
yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu
pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat,
maka tali akan diturunkan kembali sebatas lutut. Begitu seterusnya, hingga
pemain merasa lelah dan berhenti bermain.
Nilai
Budaya
Permainan yang disebut
sebagai tali merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan
dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha
agar dapat melompati tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan
dan kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya
tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan kecermatan dalam
bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau
berlatih melompati tali merdeka. Sedangkan nilai sportivitas tercermin dari
sikap pemain yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantikan pemegang tali
jika melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.
SUMBER : MUHAMMAD FAJAR
SUMBER : MUHAMMAD FAJAR
0 komentar:
Posting Komentar