PENGGUNAAN BAHASA "TAK ADE" DI BAHASA MELAYU

Senin, 17 Maret 2014

    Kebiaasan  berbicara 

          Kebiassan  adat melayu  mengatakan kata" tak ade"kata tak ade adalah kata yg sering di ucapkan oleh orang melayu yg sedang melakukan hal yg seharusnya tidak perlu di tanyakan dan kata tak ade digunakan utk memberhentikan suatu percakapan yg tidak begitu penting . Dan "tak ade " di artikan  bahwa manusia memang tidak ada apa-apanya, karna hanya Allah lah yang memiliki kekuasaan, kekuatan,dan pemberi segalanya, rahmat semesta alam, dan manusia hidup sebagai khalifah di muka bumi , yang di tugasnya untuk selalu berada di jalan Allah .  


Foto Pakaian Adat Melayu Riau

kata tak ade adalah kata yg tidak asing lagi di kepulauan riau , kata ini tidak hanya di katakan oleh orang melayu saja orang bugis , padang , dan banjar pun sering mengatakan kata itu 
         Contoh percakapan : pak surya yg sedang membawa jaring dan berjalan menuju ke arah laut , tiba" pak edi menegurnya, pak edi: pak surya , mau kemana  pak ? tanya pak edi , pak surya menjawab  pak surya : tak ade kemana" .
        Contoh tersebut membuktikan bahwa pak edi tidak perlu  menanyakan hal tersebut , karena jelas" pak surya sudah membawa jaring dan menuju ke laut pastinya pak edi sudah mengetahui bahwa pak surya ingin pergi melaut. dan jika pak surya tidak menjawabnya dengankata tak ade pasti parcakapan antara pak surya dan pak edi akan lbih panjang lagi . 
        Kata tak ade3 juga di gunakan untuk memberhentikan pergunjingan (bergosip) , contohnya mana ada jika ibu" sudah berkumpul dan tidak membicarakan suatu hal yang bisa jadi tidak begitu penting , dan percakapan tersebut  seharusnya harus di berhentikan dengan cara salah satu ibu harus memberhentikan percakapan tsb dengan menjawab salah satu pertanyaan dari ibu yg lainnya dangan kata" tak ade" . 
Continue Reading | komentar

kebiasaan adat melayu

 
a. Perilaku Masyarakat Melayu Terhadap Lingkungan Sosial
Pola Saling Menghormati dan Saling Memberi
Pola saling menghormati dan saling memberi adalah salah satu gejala sosial. Artinya, kegiatan tersebut terjadi dalam situasi interaksi seseorang dengan orang lain atau sekelompok orang. Gejala saling menghormati dan saling memberi dalam masyarakat Melayu tampak dalam tiga kegiatan yang saling berkaitan, yaitu menanam budi (memberi), menerima budi (menerima), dan membalas budi (membalas atau mengembalikan).
a. Menanam Budi
Menanam budi disebut juga membuat budi atau menabur budi. Orang yang menanam budi disebut penanam budi. Menanam budi yang dilakukan oleh si penanam budi bertujuan untuk berbuat baik. Adapun jenis-jenis budi yang biasa diberikan mencakup benda, tenaga, sopan-santun, tutur-bahasa dan tegur-sapa, kunjung-mengunjungi, pinjam-meminjam, tanda mata, menjemput makan, suruh seraya, mintak pialang, mintak bagi, dan mintak.

b. Menerima Budi
Budi diberikan kepada orang lain seperti misalnya saudara sekerabat, tetangga, dan sahabat karib. Orang yang menerima budi disebut penerima budi. Semakin banyak ia menerima budi, semakin banyak ia merasa berhutang budi. Menurut adat-istiadat Melayu, budi yang diberikan harus diterima dan dihargai sebagai tanda penghargaan dengan menyampaikan ucapan terima kasih. Kadang-kadang ucapan terima kasih disampaikan dalam bentuk ungkapan “Terima kasih daun keladi, kalau lebih minta lagi”. Orang yang menolak pemberian budi berarti tidak ingin menjalin persahabatan, tidak mau dibantu, ditolong, atau dikenang. Berarti ia mampu berdiri sendiri di tengah masyarakat. Orang yang tidak menerima budi dinilai tinggi hati, angkuh, dan harga dirinya amat tinggi. Penolakan budi merupakan suatu pernyataan sikap tidak bersahabat. Oleh karena itu, budi sekecil apapun harus diterima agar si pemberi merasa senang, puas, dan tidak malu atau kehilangan muka.
c. Membalas Budi
Sesuai dengan tujuan menanam budi, yaitu untuk berbuat baik, maka si penerima budi tidak diwajibkan membayar atau membalas budi yang diterimanya. Dengan kata lain, tidak ada kewajiban untuk membalas budi seseorang. Akan tetapi, setiap orang yang menerima budi merasa berkewajiban membalas kebaikan yang diberikan dengan kebaikan pula. Membalas budi tersebut sebagai tanda si penerima budi tahu membalas budi. Membalas budi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk pemberian, undangan, bantuan tenaga, pengabdian, sopan-santun, tegur-sapa, dan pengorbanan. Dengan kata lain, pembalasan budi disesuaikan dengan kemampuan seseorang.
Sehubungan dengan membalas budi ini dikenal istilah “seorang tak tahu membalas budi”. Orang yang disebut tak tahu membalas budi ialah orang yang membalas kebaikan yang diberikan orang kepadanya dengan sikap dan tingkah-laku yang berlawanan, seperti mencemarkan nama si pemberi budi, melupakan budi dengan cara tidak mau menghormati, menegur, menyapa, dan datang berkunjung, serta bicara dengan kata-kata kasar. Kadang-kadang perbuatan tidak tahu membalas budi itu tampak dalam tingkahlaku yang lebih kasar dan keras. Dengan kata lain, orang yang tidak tahu membalas budi itu tidak mengingat sedikit pun budi baik yang telah diterimanya.
b. Tradisi Kelahiran
Larangan wanita hamil 3 bulan:
a. tidak boleh duduk di depan pintu jika melakukan maka akan susah melahirkan
b. tidak boleh membunuh binatang baik suami maupun istrinya jika dilakukan maka anak nya akan mengalami cacat
c. sang ayah tidak boleh selingkuh jika di lakukan maka anak nya akan bodoh.
Jika telah hamil 7 bulan:
Maka ia harus menyirih/ hamil sulung dan ada doa’-doa’. Hal ini dilakukan agar terhindar dari setan.disini diikuti pula oleh bidan yang mengurus orang hamil, jika nanti dia melahirkan jumlah bidan nya harus ganjil (1,3, 7, 5) dilakukan oleh melayu pesisir
Setelah 9 atau 10 hari lahir bayi:
Melayu biasa
a. di azan kan(bayi laki-laki)
b. di Qamat kan ( bayi perempuan)
setelah 7 hari akan di akikah kan:
· Laki-laki : 2 ekor kambing
· Perempuan : 1 ekor kambing
· pemberian nama
· cukur rambut
· Bayi di naikkan ke buai, yang terbuat dari rotan atau pun kain panjang
· Dan di nyanyikan lagu khasidah/shalawat
Melayu pesisir
· Mandi ke sungai
· Kaki bayi di letakkan di atas talam yang berisikan tanah dari mesjid
· Pemberian nama yang di ambil dari al-Qur’an
Cara mendidik anak yang sudah berakal atau baligh
1. melayu mengatakan bahwa mendidik anak dari kanak-kanak
2. dengan lemah lembut dan baik hati
3. di ajarkan beribadah agar menjadi anak yang sholeh dan sholeha
4. orang tua harus mengetahui bagai mana sifat anak
5. saling simpati dan saling tukar pendapat
Khatam ngaji
Khatam ngaji dilakukan setelah anak khatam al-quran 30 juz dengan mengundang teman-teman seperngajian,sanak, orang tua,dan guru ngaji
Merantau
Anak yang sudah baligh di perbolehkan merantau dengan syarat mendapat izin dari orang tua
c. Tradisi Perkawinan
Sebelum menikah wanita di larang bepergian kecuali mendapat izin dari orang tua nya. 1 minggu sebelum menikah dilarang keras bepergian dan juga 3 hari sebelum menikah juga dilarang bepergian jika bepergian akan berakibat fatal.
Adat perkawinan dalam budaya melayu terkesan rumit karena banyak tahapan yang harus dilalui. Kerumitan tersebut muncul karena perkawinan dalam pandangan melayu harus mendapat restu dari kedua orang tua serta harus mendapat pengakuan yang resmi dari tetangga dan masyarakat.
Rangkaian upacara adat melayu:
· Upacara menggantung gantung
Yaitu menghiasi rumah atau bangunan tempat upacara akan di langsungkan,memasang alatkelengkapan upacara, seperti pelaminan, tempat tidur,tenda, sesuai ketentuan adat yang di pakai
· Upacara berinai
Acara ini mengandung makna untuk menjauhkan bala bencana, memagar diri dari segala yang tidak baik,dari segala yang kotor manaikkan seri(cahaya) tuah dan marwah
· Upacara berendam
a. Berendam
Yaitu upacara utuk membersihkan laririah untuk menuju batiniah
b. Mandi bunga( tolak bala)
Yaitu bukan untuk sekedar mengharumkan raga, agar jiwa bersih jauh dari iri dengki
· Upacara khatam al~quran
Hakikat nya di tunjukkan bahwa pengantin perempuan sudah ditunjuk ajar oleh orang tua nya dalam kehidupan agama islam
· Upacara akad nikah
1. Upacara antar belanja
yaitu beramai ramai beririn-iring kerabat calon pengantin laki laki membawa antaran belanja pada calon pengantin perempuan.
2. Upacara akad nikah
Hal hal yang di persiapkan adalah mahar atau mas kawin
3. Upacara menyembah
Yaitu sembah sudah kepada orang tua agar berkah dan tauh turun berlipat ganda
4. Upacara tepuk tepung tawar
hakikat nya adalah bahwa para tetua melimpahkan restu, marwah pengantin terjaga
5. Upacara nasehat
Brisi petuah amanah kpda kedua mempelai
6. Upacara jamuan
Sudah menjadi adat kebiasaan, bahwa seluruh jemputan yang hadir di dalam perkawinan di beri jamuan oleh orang yang punta perhelatan.
7. Upacara langsung
a. upacara mengarak pengantin laki-laki
Bernaung paying irama, di iringi rentak rebana dan gendong, calon pengantin laki-laki dating kepada dwi pujaan
b. Upacara menyambut arak arakan pengantin
Adat di junjung tamu dating di saanjung kerabat pengantin perempuan siap menyambut rombongan pangantin laki laki
8. Malam keluarga
Mertua sama jua dengan orang tua, maka sembah sujud pun di tunjukkan pula.
9. Upacara mandi damai
a. mandi damai
Mandi damai disebut juga mandi hias hakikat nya mencerminkan bahwa kedua pengantin sudah bersatu sebagai suami istri
b. jemian santap siang
Bertanda usai sudah seluruh rangkaian upacara perkawinan sebagai tanda syukur kepada allah SWT atas semua rahmat dan karunia nya sebagai seluruh rangkaian upacara berlangsung dengan baik
10. Setelah menikah
Pengantin laki laki dan perempuan tinggal di satu rumah, missal, dirumah laki laki disana mereka membuat pantangan apa saja yang tidak disukai pengantin laki laki/perempuan, apabila melanggar tidak ada kecocokan maka akan melakukan talaq secara agama islam
d. Tradisi Kematian
Ketika seseorang meninggal dunia pihak keluarga yang menunggu akan melepas segala benda yang menempel ditubuh si mati, meluruskan tubuhnya, menutup mata dan mulutnya, dan meletakkan kedua tangannya di atas dada dengan posisi sedekap seperti orang hendak shalat, membaringkan si mati terlentang menghadap kiblat, dan kemudian menutupinya dengan kain beberapa lapis. Pihak keluarga akan menyampaikan peristiwa kematian ini kepada tokoh masyarakat dan aparatur pemerintah, serta tetangga sekitar secara beranting. Selain itu, bedug di langgar dan di masjid juga dibunyikan dengan nada yang khas. Ketika mendengar bedug dengan nada khas tersebut, masyarakat dengan sendirinya akan mafhum bahwa salah satu anggota masyarakat ada yang meninggal dunia. Ketika orang-orang Melayu mengetahui bahwa salah satu anggota masyarakatnya meninggal dunia, maka mereka akan menghentikan semua aktivitas yang sedang dilakukan untuk sesegera mungkin melayat.
Orang-orang yang datang melayat biasanya membawa bawaan berupa beras dan makanan pokok lainnya. Ada juga yang datang langsung membaca al-Quran, khususnya surat Yasin, di samping mayat. Selain itu, ada juga yang datang hanya untuk menunjukkan ikut berbela sungkawa, dan kemudian duduk-duduk bersama pelayat lainnya sambil menunggu waktu pelaksanaan penguburan. Biasanya, acara penguburan akan dilaksanakan setelah tengah hari, yaitu antara pukul 14.00 sampai 16.00. Cara menyelenggarakan jenazah masyarakat melayu sama hal nya dengan ajaran syariat islam yaitu , memandikan, mengkafani, disholatkan, menguburkan, dan mendoakan jenazah
e. Tradisi Masyarakat Melayu Menyambut Hari Raya Idul Fitri
Salah satu tradisi Idul Fitri yang cukup unik di Riau dilakukan oleh masyarakat Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuansing. Tradisi merayakan Idul Fitri di daerah ini menggunakan perahu hias yang mereka sebut dengan “Perahu Bagandung”.
Tradisi Perahu Bagandung ini mereka lakukan di pinggir Sungai Kuantan dan Jembatan Lubuk Jambi. Saat tradisi ini digelar, ribuan warga Lubuk Jambi yang berada di perantauan biasanya pulang ke kampung halamannya untuk lebur dalam mengikuti tradisi ini.
Tradisi masyarakat Lubuk Jambi ini sudah berumur ratusan tahun. Tradisi itu selalu ditunggu-tunggu pelaksanaannya. Jika di Bangkinang ada Balimau Kasai menjelang Ramadhan, maka masyarakat Lubuk Jambi justru “berlimau” dan menyucikan diri menyambut Idul Fitri.
f. Tradisi Pakaian Melayu
Tradisi Pakaian Melayu
  Ungkapan adat Melayu mengatakan : “adat memakai pada yang sesuai, adat duduk pada yang elok, adat berdiri tahukan diri”. Ungkapan ini mengandung makna yang dalam, yang intinya memberi petunjuk, bahwa setiap orang di tuntut untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, berperilaku menurut alur dan tempatnya.
Di dalam hal ini berpakaian hendaknya mengacu kepada asas “sesuai” yakni sesuai pakaiannya, sesuai yang memakainya, sesuai cara memakainya, sesuai tempat memakainya, sesuai pula menurut ketentuan adat yang diberlakukan dalam hal ini ihwal berpakaian.
Merujuk kepada ungkapan di atas menyebabkan orang-orang Melayu selalu memilih pakaian yang sesuai dengan diri dan kedudukannya, berusaha memakai pakaian dengan baik dan benar, dan berusaha agar tidak melanggar segala “pantang larang” dalam berpakaian dan berusaha pula untuk menunjukkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-harinya.
Umumnya pakaian Melayu terdiri dari dua jenis : “Pakaian Harian” dan “Pakaian Adat”. Pakaian Harian ialah pakaian yang lazim dipakai sehari-hari (dalam kehidupan orang Melayu masa silam) atau pakaian yang tidak dipakai di dalam upacara adat dan tradisi. Kelengkapan “Pakaian Harian” ialah : baju seluar (celana), kopiah dan kain “kain samping” atau “sesampin” atau “kain samping” atau kain sarung biasa.
g. Tradisi Berkapur Sirih
Dalam kehidupan orang melayu dikenal sebagai sebuah tradisi yang disebut dengan berkapur sirih, yaitu tradisi makan sirih yang diramu dengan kapur dan pinang. Pada mayarakat Puak Melayu, selain untuk dimakan sirih sebagai lambang adat resam dan adat istiadat Melayu yang telah menjadi suatu kepastian di dalam beberapa upacara adat kaum di rantau-rantau Melayu. Dari Upacara Pernikahan hingga Pengobatan tradisi. Sirih junjung dihias cantik sebagai sebahagian barang hantaran pengantin dan juga sirih penyeri kepada pengantin perempuan. Selain itu di dalam upacara resmi kebesaran istana dan kerajaan juga, sirih junjung memainkan peranan penting, sirih menjadi penyeri majelis dan mengepalai sesuatu perarakan yang diadakan.

DAFTAR PUSTAKA
Kadir, Mohd. Daud . 2009. Saling Menghormati dan Saling Memberi. www.limang-tiban.blogspot.com. Akses pada tanggal 13 Desember 2012
Alvi. 2011. Upacara Kematian Dalam Masyarakat Melayu. www.alveesyukri.blogspot.com. Akses pada tanggal 13 Desember 2012
Suara Karya Online. 2009. Tradisi Masyarakat Melayu Riau
Menyambut Idul Fitri
. www.suarakarya-online.com. Akses pada tanggal 13 Desember 2012
Yogi. 2010. Tradisi Masyarakat Melayu. www.bahanbacaankita.blogspot.com. Akses pada tanggal 13 Desember 2012
Omtatok, Muhar. 2011. Makna Berkapur Sirih Bagi Orang Melayu. www.puakmelayu.blogspot.com. Akses pada tanggal 13 Desember 2012
Continue Reading | komentar (1)

Tarian Adat Melayu

         Tarian adat melayu adalah tarian turun temurun dari zaman dahulu . Tarian melayu contohnya adalah seperti tarian persembahan . Tari persembahan sering ditampilkan ketika ada acara-acara tertentu , seperti hari-hari resmi seperti hari pertemuan mentri-mentri daerah , pemerintah , dan lain-lainnya . Tarian persembahan adalah tarian yg lembut , lemah , dan gemulai . Gerakan tarian ini terdiri dari beberapa pola seperti layang-layang , zigzag , segitiga(V) , dan lain-lainnya . Gerakan tersebut sudah ditetapkan dari dulu.
Contoh : Tari persembahan disertai dengan sajian makan sirih . Tarian persembahan salah satu penarinya ada yang membawa Tapak yang berisi sekapur sirih dan kapur , daun sirih , pinang , dan lain-lain . Sebagai perlengkapan lainnya .

Gambar ini diambil dari internet
( peserta ditengah yang membawa sirih utk diberikan kepada tamu undangan )




Continue Reading | komentar

Rabu, 12 Februari 2014

Baju adat Melayu
Baju tradisional Melayu merujuk kepada baju tradisional orang Melayu, terutamanya baju Melayu dan baju kurung. Selain itu, ia juga termasuk baju kebaya, celana, kain sarung, samping dan selendang.
Pakaian orang Melayu kini lahir daripada pertumbuhan dan perkembangan pakaian orang dahulukala melalui proses ubah ansur. Proses ini bukan sahaja berlaku akibat peradaban awal masyarakat ditempat itu sendiri, malahan yang lebih penting akibat daripada pengaruh daripada pedagang India, Cina, Arab dan Eropah. Unsur-unsur tamadun dari timur dan barat ini diolah dan digabungkan menjadi satu budaya yang beraneka rupa serta indah dan unik Pakaian kaum lelaki yang masih popular hingga kini ialah Baju Melayu manakala pakaian wanita yang masih popular termasuklah Baju Kurung,Baju Kebaya Panjang, Baju Kebaya Pendek, Baju Kurung Kedah dan Baju Pahang. Selain itu terdapat juga pakaian yang dianggap klasik seperti pakaian Puteri Perak, Cik Siti Wan Kembang, Baju Menora dan Baju Minangkabau.[1]

Baju Riau

Baju berbelah ini seakan-akan kebaya pendek. Baju Riau juga disebut 'Engku Puteri atau Raja Hamidah' puteri pada Raja Haji iaitu Yang Dipertuan Muda Riau yang kelima dari keturunan Bugis. Pada umumnya baju traisional melayu untuk kaum laki-laki biasanya dilengkapi dengan kain Songket.

Baju Belah Kebaya Panjang

Walaupun wanita Johor terkenal dengan baju kurung, tetapi dalam acara majlis, mereka muncul juga dengan memakai kebaya, sebagai warisan daripada Kerajaan Johor-Riau.
Pola baju belah panjang ini masih bersifat ‘mengurungkan’ anggota badan. Secara tradisi potongannya labuh sehingga buku lali. Cuma bezanya ia berbelah dan berpesak di hadapan baju ini, umumnya dipakai sebagai pakaian di luar rumah atau upacara rasmi. Baju belah panjang ini terkenal di Melaka, Perak, Selangor dan Kedah-Perlis. Baju kurung belah ini kemudiannya dikenali sebagai ‘baju panjang’ dan ‘kebaya panjang’. Tradisi ini berkembang menjadi kebaya dan bertangan panjang berpesak lurus di hadapan, berkekek dan berbelah dada yang ditutup dengan kancing atau kerongsang tiga.

Baju Melayu Cekak Musang

Istilah ini berhubung langsung dengan pola lingkaran leher baju, tengkuk ‘cekak’ tinggi atau leher tegak empang leher. Pengertian ‘cekak musang’ merakamkan imej alami untuk leher baju yang bercekak tinggi berdiri (2.5cm) melingkari leher. Ukuran ditentukan oleh lingkaran (bulat) yang dibuat dengan ibu jari lain yang bertemu hujungnya. Baju ini mula dipakai di Johor ketika pemerintahan Sultan Ibrahim Ibni Sultan Abu Bakar.

Baju Teluk Belanga

Baju "Cekak Musang" lengkap
Baju ini mula di perkenalkan di Teluk Belanga, Singapura dan tersebar luas sebagai ciri khas johor khususnya pada abad ke-19. Ia juga dikatakan sejenis pakaian lelaki yang dikatakan telah direka oleh Sultan Abu Bakar pada tahun 1866 untuk meraikan perpindahan ibu negeri Johor dari Teluk Belanga di Singapura ke Johor Bahru. Walau bagaimanapun istilah ini akhirnya menjadi ciri khas masyarakat Melayu hingga disebut selengkapnya ‘Baju Melayu’.

Baju Kurung

Baju kurung dianggap popular dan dipakai oleh lelaki dan perempuan. Perbezaannya terletak pada bahagian kocek iaitu lelaki mempunyai tiga kocek manakala perempuan mempunyai satu kocek serta perbezaan daripada segi pemakaian.[2] Pengertian kurung secara tidak langsung telah membawa erti ‘mengurung atau menutup’ anggota tubuh. Cara ini menepati konsep pakaian cara Melayu setelah kedatangan Islam, sehinggalah istilah ‘kurung’ diertikan sebagai baju yang selesa dan longgar, labuh atau panjang. Sehingga disebut dengan berbagai-bagai nama misalnya ‘baju kurung bernyawa’ walaupun mempunyai pelbagai nama namun baju kurung telah menampilkan ciri-ciri tersendiri.
SUMBER : WIKIPEDIA
Continue Reading | komentar

Jenis-Jenis Permainan Tradisional Masyarakat Melayu RIAU
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTSIg5lFhprfkDl8mBgKmcCRrac3NVZI3B1zm_zpJBpWRN0w2j2y9oHpCtdXAVtNXRahhE0y_zva37SpjDw4s1kGVPFVAtbtCHLh3c0jTIzBBHNAXPszGD8FqI_M1FK0KVlXVXC3OAZZY/s320/38674_1365318458365_1393744024_30899711_12109_n.jpg1. Permainan Gasing
Gasing merupakan permainan tradisional masyarakat Melayu Riau yang sampai saat ini masih eksis  meski pengaruh modernisasi terus menerpa sesuai dengan perkembangan zaman.  Gasing merupakan sejenis permainan yang boleh berputar pada paksinya sambil mengimbang pada satu titik. Gasing merupakan permainan tradisional orang-orang Melayu sejak dahulu. Menurut Wikipedia Indonesia, gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali.
Gasing dibuat dari kayu bebaru, kemuning, merbau, rambai, durian atau kundang. Kayu tersebut akan dikikis sehingga menjadi bentuk gasing. Tali gasing dibuat dari kulit pokok bebaru. Tapi sekarang tali gasing dibuat dari tali nilon. Panjang tali gasing biasanya bergantung kepada panjang tangan seseorang, umumnya panjangnya 1 meter. Minyak kelapa digunakan untuk melicinkan pergerakan tali gasing. Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti. Di wilayah Pulau Natuna, Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak 1930-an. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. Biasanya, dilakukan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah masing-masing. Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Riau rutin menyelenggarakan kompetisi. Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. Masyarakat Bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

Membuat Gasing
Kayu yang paling sesuai adalah merbau, seperti merbau tanduk, merbau darah, merbau johol dan merbau keradah, ianya mudah dilarik tetapi tidak mudah serpih. Selain itu kayu leban tanduk, limau, bakau, koran, sepan, penaga, keranji juga menjadi pilihan. Jenis kayu yang mudah didapati seperti manggis, jambu batu, ciku atau asam jawa sering digunakan untuk membuat gasing.
Cara Bermain
Gasing dimainkan dengan dua cara, yaitu sebagai gasing pangkah atau gasing uri. Gasing pangkah, dimainkan dengan melemparkannya supaya mengetuk gasing lawan. Gasing uri dipertandingkan untuk menguji ketahanannya berputar.
Gasing pinang dimainkan oleh kanak-kanak.
Untuk memutar gasing, tali setebal 1.75 cm dan sepanjang 3 hingga 5 meter dililitkan pada jambulnya hingga meliputi seluruh permukaan gasing. Kemudian gasing itu dilemparkan ke atas tanah dan serentak dengan itu tali yang melilit jambuhnya direnggut.
Beragam nama gasing
Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing. Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamainya pukang, warga Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusatenggara Barat dinamai Maggasing. Hanya masyarakat Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang menyebut gasing.
Nama maggasing atau aggasing juga dikenal masyarakat bugis di Sulawesi Selatan. Sedangkan masyarakat Bolaang Mangondow di daerah Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang jawa timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon.
Bentuk gasing
Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki (paksi). Namun, bentuk, ukuran danbgain gasing, berbeda-beda menurut daerah masing-masing.
Gasing di Ambon (apiong) memiliki kepala dan leher. Namun umumnya, gasing di Jakarta dan Jawa Barat hanya memiliki bagian kepala dan paksi yang tampak jelas, terbuat dari paku atau logam. Sementara paksi gasing natuna, tidak nampak.
Permainan gasing
Cara memainkan gasing, tidaklah sulit. Yang penting, pemain gasing tidak boleh ragu-ragu saat melempar gasing ke tanah.
Cara:
1.Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.
2.Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing. lilit kuat lalu putar.
Nilai Budaya
Dalam permainan ini di butuhkan konsentrasi yang tinggi untuk dapat memutar gasing dengan waktu yang lama.

2 Permainan Congklak
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT7-ogouXqyrEm1QIFp_LbAfxo9LKkYyChMBr0o0_iEv7Ui-1kV0ZSi4L9TLpp9xZbivUYwgp8ZeUnGMUPBAdORKZQ84w1tAQtwx1cGVmn6b6ZmHp6lGhZblA3HFdKtWVuyJgPxJTzLoM/s320/Foto1170%5B1%5D.jpg
Main Congkak merupakan salah satu permainan rakyat Melayu  yang biasanya dimainkan oleh kalangan wanita dewasa dan anak-anak perempuan.Permainan ini bersifat umum bagi masyarakat dan terdapat  di seluruh daerah yang ada di Kepulauan Riau.main Congkak hanyalah suatu permainan pengisi waktu senggang,yang dimainkan sekedar untuk menghibur diri.permainan tersebut tidak ada hubungan dengan upacara adat atau dari kepercayaan masyarakat setempat.
            Rumah Congkak disebut juga papan congkak.Alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada juga yang berbahan dasar plastik .Pada bagian atas papan congkak, terdapat 16 buah lubang dengan ukuran 50 x 20 cm dan tebalnya 8 cm.Buah atau biji congkak terdiri dari batu-batu kecil sebesar kelingking dan yang paling sering dipakai adalah kulit kucing-kucing, yakni sejenis siput kecil yang hidup di pasir pantai.
            Permainan Congkak sebenarnya tidak dibatasi oleh kaum perempuan saja yang memainkannya.Akan tetapi Karena kaum laki-laki kurang senang bermain dengan permainan yang jalannya sangat lambat dan menghabis-habiskan waktu saja,maka jaranglah kaum laki-laki yang bermain Congkak.
Nilai Budaya: Keseriusan dan konsentrasi




http://www.permatabangsa.web.id/wp-content/uploads/2012/06/Permainan-tali-merdeka.jpeg

Asal Usul
Permainan Tali Merdeka adalah sebutan untuk mereka yang tinggal di Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata “merdeka”. Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan. Sebenarnya di daerah lain indonesia juga banyak di temukan permainan ini tapi dengan nama yang berbeda misal dengan nama Lompat Tali, Lompatan dll
Pemain
Pemain tali merdeka ini berjumlah 3--10 orang. Pemain dibagi dalam dua kelompok, yaitu pemegang karet dan pelompat karet. Pada umumnya permainan ini dilakukan oleh kaum perempuan yang masih berusia antara 7--15 tahun. Kaum perempuan yang telah berumur lebih dari 15 tahun biasanya akan segan untuk ikut bermain, karena takut auratnya akan terlihat sewaktu melompati tali karet. Kalau pun ada yang ikut bermain, biasanya hanya sebagai penggembira saja dan hanya melompat saat ketinggian tali masih sebatas lutut atau pinggang. Sedangkan kaum laki-laki hanya kadang kala saja ikut serta.

Tempat Permainan
Permainan ini tidak membutuhkan tempat yang luas. Oleh karena itu, dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja, seperti: di halaman sekolah (pada waktu istirahat) dan di halaman rumah.

Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan ini adalah karet-karet gelang yang dianyam memanjang. Cara menganyamnya adalah dengan menyambungkan dua buah karet pada dua buah karet lainnya hingga memanjang dengan ukuran sekitar 3--4 meter. Karet-karet tersebut berbentuk bulat seperti gelang yang banyak terdapat di pasar-pasar tradisional. Karet tersebut tidak dijual perbuah, melainkan dalam bentuk satuan berat (gram, ons, dan kilo). Fungsi karet pada umumnya adalah sebagai pengikat plastik-plastik pembungkus makanan, pengikat rambut dan barang-barang lainnya yang tidak membutuhkan pengikat yang kuat, karena karet akan mudah putus jika dipakai untuk mengikat terlalu kuat pada suatu benda. Oleh karena itu, sewaktu membuat anyaman untuk membentuk tali karet, diperlukan dua buah karet yang disambungkan dengan dua buah karet lain agar tidak lekas putus oleh anggota tubuh pemain yang sedang melompat. Ada kalanya tali-karet dianyam dengan menyambungkan 3--4 buah karet sekaligus, agar tali menjadi semakin kuat dan dapat dipakai berkali-kali.
Aturan Permainan
Permainan tali merdeka tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu. Jika pemain dapat melompati tali-karet tersebut, maka ia akan tetap menjadi pelompat hingga merasa lelah dan berhenti bermain. Namun, apabila gagal sewaktu melompat, pemain tersebut harus menggantikan posisi pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya. Ada beberapa ukuran ketinggian tali karet yang harus dilompati, yaitu: (1) tali berada pada batas lutut pemegang tali; (2) tali berada sebatas (di) pinggang (sewaktu melompat pemain tidak boleh mengenai tali karet sebab jika mengenainya, maka ia akan menggantikan posisi pemegang tali; (3) posisi tali berada di dada pemegang tali (pada posisi yang dianggap cukup tinggi ini pemain boleh mengenai tali sewaktu melompat, asalkan lompatannya berada di atas tali dan tidak terjerat); (4) posisi tali sebatas telinga; (5) posisi tali sebatas kepala; (6) posisi tali satu jengkal dari kepala; (7) posisi tali dua jengkal dari kepala; dan (8) posisi tali seacungan atau hasta pemegang tali.
Proses Permainan
Sebelum permainan diadakan, terlebih dahulu akan dipilih dua orang pemain yang akan menjadi pemegang tali dengan jalan gambreng dan suit. Gambreng dilakukan dengan menumpuk telapak tangan masing-masing peserta yang berdiri dan membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, secara serentak tangan-tangan tersebut akan diangkat dan diturunkan. Pada saat diturunkan, posisi tangan akan berbeda-beda (ada yang membuka telapak tangannya dan ada pula yang menutupnya). Apabila yang terbanyak adalah posisi telapak terbuka, maka yang memperlihatkan punggung tangannya dinyatakan menang dan gambreng akan diulangi lagi hingga nantinya yang tersisa hanya tinggal dua orang peserta yang akan menjadi pemegang tali. Kedua orang tersebut nantinya akan melakukan suit, untuk menentukan siapa yang terlebih dahulu akan menggantikan pemain yang gagal ketika melompat. Suit adalah adu ketangkasan menggunakan jari-jemari tangan, khususnya ibu jari, jari telunjuk dan jari kelingking. Ibu jari dilambangkan sebagai gajah, jari telunjuk sebagai manusia dan jari kelingking sebagai semut. Apabila ibu jari beradu dengan jari telunjuk, maka ibu jari akan menang, karena gajah akan menang jika bertarung dengan seorang manusia. Namun apabila ibu jari beradu dengan jari kelingking, maka ibu jari akan kalah, sebab semut dapat dengan mudah memasuki telinga gajah, sehingga gajah akan kalah. Sedangkan apabila jari kelingking beradu dengan jari telunjuk, maka jari kelingking akan kalah, sebab semut akan kalah dengan manusia yang mempunyai banyak akal.
Setelah semuanya siap, maka satu-persatu pemain akan melompati tali dengan berbagai macam tahap ketinggian yang telah disebutkan di atas. Pada ketinggian-ketinggian yang sebatas lutut dan pinggang, umumnya para pemain dapat melompatinya, walaupun pada ketinggian tersebut tali tidak boleh tersentuh tubuh pemain. Pada tahap ketinggian yang sebatas dada hingga satu jengkal di atas kepala, mulai ada pemain yang merasa kesulitan untuk melompatinya. Pergantian pemegang tali mulai banyak terjadi pada saat ketinggian tali sebatas hingga dua jengkal di atas kepala. Tahap yang paling sulit adalah ketika tali berada seacungan hasta pemegangnya. Pada tahap ketinggian seperti ini, pada umumnya hanya pemain-pemain yang memiliki postur tubuh yang tinggi dan atau sering bermain tali merdeka saja yang dapat melompatinya. Agar mempermudah lompatan, pemain juga boleh melakukan gerakan berputar menyamping, yang jika diamati akan nampak seperti perputaran baling-baling. Gerakan berputar pada umumnya dilakukan oleh anak laki-laki. Selain berputar, pemain juga boleh memegang dan menurunkan tali terlebih dahulu sebelum melompat. Cara ini biasanya dilakukan oleh anak-anak perempuan. Pemain yang telah berhasil melompati tali yang setinggi acungan tangan, akan menunggu pemain lain selesai melompat. Dan, setelah seluruh pemain berhasil melompat, maka tali akan diturunkan kembali sebatas lutut. Begitu seterusnya, hingga pemain merasa lelah dan berhenti bermain.
Nilai Budaya

Permainan yang disebut sebagai tali merdeka ini mengandung nilai kerja keras, ketangkasan, kecermatan dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat pemain yang berusaha agar dapat melompati tali dengan berbagai macam ketinggian. Nilai ketangkasan dan kecermatan tercermin dari usaha pemain untuk memperkirakan antara tingginya tali dengan lompatan yang akan dilakukannya. Ketangkasan dan kecermatan dalam bermain hanya dapat dimiliki, apabila seseorang sering bermain dan atau berlatih melompati tali merdeka. Sedangkan nilai sportivitas tercermin dari sikap pemain yang tidak berbuat curang dan bersedia menggantikan pemegang tali jika melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.

SUMBER : MUHAMMAD FAJAR
Continue Reading | komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Maskolis | Johny Portal | Johny Magazine | Johny News | Johny Demosite
Copyright © 2011. Kesenian Melayu - All Rights Reserved
Template Modify by Premium Blogger Templates Inspired Blogger Tricks
Proudly powered by Bloggerfree download all
Design Downloaded from free Blogger templates | free website templates | Seodesign.us | Funny Sport Videos.